KOMPOSTING


1.    Jelaskan pengertian komposting, syarat bahan baku untuk pembuatan kompos, dan berikan satu contoh metode komposting
Jawab:
a. Pengertian komposting
Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Penguraian bahan organik itu (disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh mikro-organisme menghasilkan senyawa yang lebih sederhana. Pada saat komposting terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi.
b. Syarat bahan baku untuk pembuatan kompos
Agar pembuatan kompos berhasil, beberapa syarat yang diperlukan antara lain:
1.    Ukuran bahan mentah.
Sampai pada batas tertentu, semakin kecil ukuran potongan bahan mentahnya, semakin cepat pula waktu pembusukannya. Penghalusan bahan akan meningkatkan luas permukaan spesifik bahan kompos sehingga memudahkan mikroba dekomposer untuk menyerang dan menghancurkan bahan-bahan tersebut. Meskipun demikian, kalau penghalusan bahan terlalu kecil, timbunan akan menjadi mampat sehingga udara sedikit. Ukuran bahan sekitar 5-10 cm sesuai untuk pengomposan ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang mungkin terjadi.
Untuk mempercepat proses pelapukan, dilakukan pemotongan/mencacah
daun-daunan, ranting-ranting dan material organis lainnya secara manual
dengan tangan atau mesin. Untuk pembuatan kompos skala industri, tersedia mesin penggilingan bertenaga listrik yang dirancang khusus untuk memotong atau mencacah bahan organis limbah pertanian menjadi potongan-potongan yang cukup kecil hingga bisa melapuk dengan cepat.
2.    Suhu dan ketinggian timbunan kompos
Timbunan bahan yang mengalami dekomposisi akan meningkat suhunya hingga 65-70oC akibat terjadinya aktivitas biologi oleh mikroba perombak bahan organik (Gaur, 1980). Penjagaan panas sangat penting dalam pembuatan kompos agar proses dekomposisi berjalan merata dan sempurna.
Hal yang menentukan tingginya suhu adalah nisbah volume timbunan terhadap permukaan. Makin tinggi volume timbunan dibanding permukaan, makin besar isolasi panas dan makin mudah timbunan menjadi panas. Timbunan yang terlalu dangkal akan kehilangan panas dengan cepat, karena bahan tidak cukup untuk menahan panas dan menghindari pelepasannya. Dalam keadaan suhu kurang optimum, bakteri-bakteri yang menyukai panas (yang bekerja di dalam timbunan itu) tidak akan berkembang secara wajar. Akibatnya pembuatan kompos akan berlangsung lebih lama.
Sebaliknya timbunan yang terlampau tinggi dapat mengakibatkan bahan memadat karena berat bahan kompos itu sendiri. Hal tersebut akan mengakibatkan suhu terlalu tinggi dan udara di dasar timbunan berkurang. Panas yang terlalu banyak juga akan mengakibatkan terbunuhnya mikroba yang diinginkan. Sedang kekurangan udara mengakibatkan tumbuhnya bakteri anaerobik yang baunya tidak enak.
Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah sekitar 1,25-2 m. Pada waktu proses pembusukan berlangsung, pada timbunan material yang tingginya 1,5 m akan menurun sampai kira-kira setinggi 1 atau 1,25 m.
3.    Nisbah C/N
          Mikroba perombak bahan organik memerlukan karbon dan nitrogen dari bahan asal. Karbon dibutuhkan oleh mikroba sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Bahan dasar kompos yang mempunyai rasio C/N 20:1 hingga 35:1 sesuai untuk dikomposkan.
          Menurut Mathur (1980) mikroorganisme memerlukan 30 bagian C terhadap satu bagian N, sehingga rasio C/N 30 merupakan nilai yang diperlukan untuk proses pengomposan yang efisien. Terlalu besar rasio C/N (>40) atau terlalu kecil (<20) akan mengganggu kegiatan biologis proses dekomposisi. Bahan berkadar C/N tinggi bisa menyebabkan timbunan membusuk perlahan-lahan karena mikroba utama yang aktif pada suhu rendah adalah jamur.
          Hal ini berarti bahwa pembuatan kompos dari bahan-bahan keras seperti kulit biji-bijian yang keras dan berkayu, tanaman menjalar atau pangkasan-pangkasan pohon (semua dengan kadar C/N tinggi) harus dicampur dengan bahan- bahan berair seperti pangkasan daun dan sampah-sampah lunak. Bila tidak ada bahan hijauan yang mengandung nitrogen, dapat diganti dengan berbagai pupuk organik.
4.    Kelembapan
Timbunan kompos harus selalu lembap, dengan kandungan lengas 50-60%, agar mikroba tetap beraktivitas. Kelebihan air akan mengakibatkan volume udara jadi berkurang, sebaliknya bila terlalu kering proses dekomposisi akan berhenti. Semakin basah timbunan tersebut, harus makin sering diaduk atau dibalik untuk menjaga dan mencegah pembiakan bakteri anaerobik. Pada kondisi anaerob, penguraian bahan akan menimbulkan bau busuk. Sampah-sampah yang berasal dari hijauan, biasanya tidak membutuhkan air sama sekali pada waktu awal, tetapi untuk bahan dari cabang atau ranting kering dan rumput-rumputan memerlukan penambahan air yang cukup.
5.    Sirkulasi udara (aerasi)
Aktivitas mikroba aerob memerlukan oksigen selama proses prombakan berlangsung (terutama bakteri dan fungi). Ukuran partikel dan struktur bahan dasar kompos mempengaruhi sistem aerasi. Makin kasar struktur maka makin besar volume pori udara dalam campuran bahan yang didekomposisi. Pembalikan timbunan bahan kompos selama proses dekomposisi berlangsung sangat dibutuhkan dan berguna mengatur pasokan oksigen bagi aktivitas mikroba.
6.    Nilai pH
Bahan organik dengan nilai pH 3-11 dapat dikomposkan. pH optimum berkisar antara 5,5-8,0. Bakteri lebih menyukai pH netral, sedangkan fungi aktif pada pH agak masam. Pada pH yang tinggi, terjadi kehilangan nitrogen akibat volatilisasi, oleh karena itu dibutuhkan kehati-hatian saat menambahkan kapur pada saat pengomposan. Pada awal proses pengomposan, pada umumnya pH agak masam karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam. Namun selanjutnya pH akan bergerak menuju netral. Variasi pH yang ekstrem selama proses pengomposan menunjukkan adanya masalah dalam proses dekomposisi.
c. Metode Komposting Tatakura
Metode kompos takakura pertama kali diperkenalkan di Surabaya pada tahun 2004 oleh seorang Jepang bernama Mr. Takakura.Langkah-langkah pengomposan dengan metode tatakura yaitu:

Ø Menyiapkan starter mikroorganisme

Larutan starter dibuat dengan cara mengisolasi mikroorganisme pengurai dari bahan makanan seperti tempe, youghurt, tauco, sayuran dan buah-buahan. Mikroorganisme dipilih dari bahan-bahan tersebut karena sifatnya yang tidak berbau busuk. Ada dua larutan starter yang harus disiapkan. Pertama larutan berbasis bakteri fermentasi dengan tambahan gula. Kedua, bakteri yang diambil dari sayuran dan buah dengan penambahan garam. Starter ini akan dipakai sebagai dekomposer dalam pembuatan bibit kompos takakura.

1. Starter dengan larutan gula

  • Siapkan stoples kaca ukuran lima liter, pilih yang kedap udara.
  • Tambahkan kedalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai merata.
  • Masukkan 5 butir ragi atau ragi tempe. Apabila tidak ada bisa diganti dengan sepotong tempe atau tape.
  • Tutup rapat dalam toples, diamkan hingga 3-5 hari. Warna akhir larutan coklat pekat baunya wangi tape. Larutan siap untuk digunakan.

2. Starter dengan larutan garam

  • Siapkan stoples kaca ukuran lima liter, pilih yang kedap udara.
  • Tambahkan kedalam toples 1 sendok makan gula dapur, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai merata.
  • Pilih beberapa potong sayuran hijau seperti kangkung, bayam, atau kulit buah-buahan seperti pepaya, pisang. Lumat material tersebut dengan blender, masukkan kedalam toples.
  • Tutup toples dengan rapat, diamkan 3-5 hari. Apabila baunya enak, seperti bau tape atau alkohol artinya larutan sudah siap digunakan.

Ø Membuat bibit kompos takakura

Bibit kompos takakura dibuat dari dua bahan, yakni dedak dan sekam padi. Perbandingan antara dedak dan sekam adalah satu banding satu. Dekomposer yang digunakan adalah kedua larutan starter yang sudah dibuat dengan cara di atas. Berikut langkah-langkahnya:
  • Siapkan 100 kg dedak, 100 kg sekam, starter mikroorganisme, air bersih dan terpal plastik.
  • Cari tempat yang terlindung panas dan hujan dengan dasar plester atau permukaan keras lainnya.
  • Aduk dedak dan sekam sampai merata. Kemudian tambahkan larutan starter yang telah kita buat sebelumnya kemudian aduk sampai merata.
  • Siram dengan air bersih secukupnya hingga mencapai kelembaban 40-60%. Untuk memperkirakan kelembaban adalah dengan cara menggenggam material dengan kepalan tanagan. Apabila material sudah bisa membentuk dan solid itu tandanya kelembaban sudah tercapai. Namun apabila ketika dikepal mengeluarkan air, tandanya kelembaban sudah berlebih.
  • Tutup rapat tumpukan material tersebut dengan terpal plastik dan diamkan selama 5-7 hari.
  • Tanda kompos sudah matang apabila permukaan tumpukan kompos diselimuti lapisan mould putih. Warna kompos coklat gembur dan tidak berbau. Bibit kompos yang dihasilkan cukup untuk 40-50 rumah tangga.
Metode membuat pupuk kompos takakura
(1) Dedak dan sekam padi, (2) Cara mengukur tingkat kelembaban, (3) Pengadukan, (4) Penutupan, (5) Bibit kompos telah jadi

Ø Menyiapkan keranjang takakura

Siapkan keranjang berukuran kira-kira 60 liter. Keranjang bisa terbuat dari plastik, anyaman bambu atau anyaman rotan. Karena proses pembuatan kompos takakura bersifat aerobik, dinding keranjang harus memiliki pori-pori udara. Bentuk keranjang boleh silinder boleh kotak. Lapisi dinding keranjang dengan kardus atau kertas tebal. Tujuannya agar material yang ada dalam keranjang tidak berceceran keluar, serangga dari luar tidak bisa masuk kedalam, kelebihan air bisa terserap kardus tidak membasahi tempat .

Ø Proses pengomposan takakura

Proses pembuatan kompos takakura ini berlangsung kering dan tidak berbau, sehingga tidak terkesan jorok dan keranjang bisa ditempatkan di dapur. Proses reaksinya berlangsung secara aerobik dengan reaksi seperti berikut:
Metode membuat pupuk kompos takakura
Bahan baku utama membuat kompos takakura ini adalah bibit kompos takakura dan sampah dapur organik. Sampah dapur yang cocok dijadikan kompos takakura adalah sisa sayuran, buah-buahan, nasi, roti, mie, kue, dll. Sampah yang tidak diperkenankan adalah daging, tulang, telur, susu, dan sampah hewani lain. Perlu diingat, sebelum dimasukkan ke keranjang takakura buang terlebih dahulu air yang ada dalam sampah.
Berikut langkah-langkah membuat kompos takakura:
  • Masukkan sekitar 2-3 kg bibit kompos takakura atau kira-kira serempat keranjang.
  • Masukkan sampah organik kedalam keranjang takakura. Kemudian aduk-aduk sampah tersebut dengan bibit kompos takakura yang terdapat dalam keranjang.
  • Tutup keranjang rapat-rapat agar serangga dan lalat tidak masuk. Keranjang tidak usah diisi langsung penuh, masukkan sampah organik seadanya. Lakukan secara rutin setiap hari sampai keranjang penuh. Sampah yang baru dimasukkan akan difermentasi dalam 1-2 hari.
  • Apabila keranjang sudah penuh, kira-kira 90% sudah terisi, ambil duapertiganya. Pindahkan kompos tersebut kedalam karung, biarkan selama 2 minggu sebelum digunakan. Kompos yang dihasilkan kering tidak terdapat cairan.
  • Kompos takakura sudah terbentuk sempurna apabila teksturnya sudah seperti tanah, warna coklat kehitaman, tidak berbau.
  • Untuk menguji kualitas kompos larutkan dalam air bersih. Kompos yang baik akan tenggelam, apabila ada yang terapung berarti belum material tersebut belum menjadi kompos. Air akan tetap bersih, apabila air berubah warnanya jadi kecoklatan, artinya dalam kompos terdapat cairan hasil fermentasi anaerobik.
2.    Bagaimana cara memelihara sumur gali supaya kualitas airnya tidak berisiko mengalami pencemaran.
Jawab:
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.
Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar.
Cara memelihara sumur gali adalah (Chandra, 2006):
  1. Lokasi: Lokasi sumur gali harus jauh dari sumber pencemar terdekat yaitu berkisar antara 10–15 m dari septictank, tempat pembuangan sampah, sumur resapan.
  2. Dinding sumur: Sumur harus diberi dinding dan kedap air minimal 3 m dari permukaan tanah agar pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan. Bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1m.
  3. Bibir sumur gali: Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain,
a.    Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan
b.    Dibuat lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir
c.    Memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.
4.      Lantai: Sekeliling sumur harus diberi lantai kedap air minimal 1 m sekeliling dari bibir sumur , tidak retak, mudah dibersihkan dan tidak tergenang air serta ada saluran pembuangan air kotor. Untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar serta air kotor dapat disalurkan dengan mudah ke tempat pembuangan air limbah.
  1. Pengambilan air: Untuk mengambil air sebaiknya menggunakan pompa isap untuk mencegah pencemaran dari luar, tetapi bila harus memakai timba maka setiap selesai dipergunakan timba air diletakkan sedemikian rupa agar terjaga kebersihannya. Saluran pembuangan air harus menuju sumur resapan dan dibuat kedap air agar tidak mencemari sumur.
  2. Tutup sumur: sebaiknya sumur ditutup secara permanen bila proses mengambil airnya menggunakan mesin pompa dan pakai tutup buka pasang bila air di ambil dengan timba. Hal ini untuk mencegah kotoran masuk kedalam sumur.
  3. Kebersihan lingkungan sekitar sumur. Kebersihan sekitar sumur merupakan hal yang sangat penting sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan nilai estetika. Sumur dangkal adalah salah satu konstruksi yang paling umum dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi melalui rembesan (Daud, 2002).








DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
http://alamtani.com/pupuk-kompos-takakura.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2015.
Suryanah, Rifda. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar. Tugas Akhir, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6136/ANALISIS%20KUALITAS%20AIR%20SUMUR%20DANGKAL%20DI%20KECAMATAN%20BIRINGKANAYA%20KOTA%20MAKASSAR.pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 21 Maret 2015.

Komentar

  1. KONAMI : Link Alternatif Link Alternatif - Thakasino
    KONAMI is dafabet link a free and open platform for dafabet Betway that lets you play Betway slots, poker, roulette, keno and other casino games for free!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer